Banyak sekali yang memperdebatkan soal Hasil Nilai Rapor, terutama adalah para Orang tua dari siswa tersebut. Banyak juga yang beranggapan kalau Nilai rapor itu juga tidak penting, dan masih banyak lagi.
Jika rangking ini
memang ga penting, lalu buat apa ada kejuaraan ini, turnamen itu,
olimpiade ini, dan beragam lomba lainnya ? Bukannya hasil dari semua itu
adalah rangking juga ?
Mengapa rangking di bidang non akademis menjadi sesuatu yang ‘wah’, trus
prestasi di bidang akademis jadi persoalan ?
Menurut aku pribadi, nih, ya.
Rangking ini tetap perlu di adakan, dengan tujuan untuk memotivasi siswa
untuk lebih giat dalam belajar.
Tetapi, yang menjadi problem di sini adalah kecendrungan para orang
tua yang justru mengkotak-kotakkan kemampuan anak-anak hanya terbatas
pada rangking sekolah. Anak yang rangking itu pintar, anak yang ga
rangking itu bodoh.
Sumber:
https://www.hanapibani.com/2021/12/tentang-rapor-anak-dan-rangking-yang-di-perdebatkan.html?m=1#gsc.tab=0Konten adalah milik dan hak cipta hanapibani.com
Jika rangking ini
memang ga penting, lalu buat apa ada kejuaraan ini, turnamen itu,
olimpiade ini, dan beragam lomba lainnya ? Bukannya hasil dari semua itu
adalah rangking juga ?
Mengapa rangking di bidang non akademis menjadi sesuatu yang ‘wah’, trus
prestasi di bidang akademis jadi persoalan ?
Menurut aku pribadi, nih, ya.
Rangking ini tetap perlu di adakan, dengan tujuan untuk memotivasi siswa
untuk lebih giat dalam belajar.
Tetapi, yang menjadi problem di sini adalah kecendrungan para orang
tua yang justru mengkotak-kotakkan kemampuan anak-anak hanya terbatas
pada rangking sekolah. Anak yang rangking itu pintar, anak yang ga
rangking itu bodoh.
Sumber:
https://www.hanapibani.com/2021/12/tentang-rapor-anak-dan-rangking-yang-di-perdebatkan.html?m=1#gsc.tab=0Konten adalah milik dan hak cipta hanapibani.com
Jika
rangking ini memang ga penting, lalu buat apa ada kejuaraan ini, turnamen itu,
olimpiade ini, dan beragam lomba lainnya ? Bukannya hasil dari semua itu adalah
rangking juga ?
Mengapa rangking di bidang non akademis menjadi sesuatu
yang ‘wah’, trus prestasi di bidang akademis jadi persoalan ?
"Tetapi, yang menjadi
problem di sini adalah kecendrungan para orang tua yang justru
mengkotak-kotakkan kemampuan anak-anak hanya terbatas pada rangking sekolah.
Anak yang rangking itu pintar, anak yang ga rangking itu bodoh."
Pemikiran
seperti itu justru yang harus dibuang dalam pikiran kita. Aku setuju dengan
pendapat salah satu komentator di atas, “... anak ga rangking bukan berarti
bodoh, kan ?” Ini benaaar. Tapi jangan lantas mengharamkan pemberian rangking
dalam rapor anak.
Karena nyatanya, pemberian beasiswa pendidikan untuk siswa di
sekolah juga berdasarkan rangking, kan?
seharusnya kita lebih konsentrasi sama pembentukan karakter anak. Gimana caranya agar anak tetap low profile
sekalipun dia juara, gimana caranya anak gak down disaat dia gagal. Gimana
caranya menanamkan pikiran positif kepada anak agar gak iri dengan prestasi
temannya. Gimana caranya anak bisa menemukan bakat istimewa pada dirinya.
Gimana caranya meyakinkan anak bahwa apa pun yang dia lakukan, dia tetap
berharga bagi orang tuanya.
Ketika mau terima rapor, kebanyakan anak bertanya,
"Ayah, kalo Aku ga juara lagi gimana ?" Sebagai Orang tuanya sebaiknya genggamlah tangannya
erat, tatap matanya lembut kemudian Katakan, "juara atau enggak Kamu di
sekolah, bagi Ayah dan Bunda Kamu selalu juara di hati Ayah dan Bunda. Ayah tetap bangga
dengan Kamu karena Kamu sudah rajin belajar, rajin ibadah dan jadi anak yang
baik hati. Ayah gak akan kecewa karena Ayah tahu Kamu udah melakukan yang
terbaik. Jadi Kamu jangan pernah merasa sedih, ya, Nak." Walaupun dihati kecil kedua orang tua tetap sangat menginginkan anak nya menjadi juara. Yang terpenting adalah
anak-anak menikmati proses belajarnya di Madrasah. Dia merasa nyaman dan tidak
terbebani. Jika dia dapat rangking Alhamdulillaah, kalo tidak ya tidak masalah.
Sumber : www.hanapibani.com